Sudah dua minggu berlalu, sejak gempa dan tsunami menghancurkan Jepang, negara dengan ekonomi terbesar ketiga dunia. Sektor ekonomi sudah pasti terganggu, termasuk pelaku bisnis di negeri itu. Bisnis mereka langsung terpuruk. Tetapi seperti yang diberitakan Forbes, para miliarder Jepang tetap bersemangat memberikan bantuan terhadap korban gempa dan tsunami.
Berikut ini adalah kumpulan konglomerat Jepang yang terkena bencana dan upaya mereka membantu untuk sesama.
Tadashi Yanai , kekayaan US$6,3 miliar
Berikut ini adalah kumpulan konglomerat Jepang yang terkena bencana dan upaya mereka membantu untuk sesama.
Tadashi Yanai , kekayaan US$6,3 miliar
Saham perusahaannya, Fast Retailing jatuh 20 persen setelah gempa bumi, dan mengurangi US$1,3 miliar dari kekayaannya. Meski mengalami kerugian, ia secara pribadi memberikan US$12 juta yang tampaknya menjadi sumbangan perorangan terbesar bagi upaya pemulihan Jepang. Group ritelnya telah mendonasikn US$8,6 juta berupa pakaian kepada korban dan uang tunai US$5 juta. Pengecer pakaian ini berencana mengumpulkan donasi dalam kotak sumbangan pada 2.200 perusahaan Uniqlo, Theory, dan toko lainnya di seluruh dunia.
Tadashi Yanai dan keluarganya memiliki kekayaan US$7,6 miliar. Di Jepang ia menjadi orang terkaya nomor dua versi majalah Forbes, sedangkan di dunia ia menempati peringkat 122.
Masayoshi Son , kekayaan US$8,2 miliar
Perusahaannya menciptakan aplikasi iPhone yang memungkinkan pelanggan untuk memberikan donasi. Ia juga memberikan 12 ribu ponsel dengan layanan tak terbatas untuk daerah yang terkena bencana. Ponsel ini diberikan secara gratis untuk membantu lembaga, tokoh masyarakat dan keluarga korban. Ia juga menawarkan pesan darurat untuk smart phones. Beberapa tokonya Softbank tutup, terutama daerah timur laut yang terkena pemadaman bergilir.
Ia merupakan orang terkaya di Jepang, dan untuk peringkat dunia CEO SoftBank itu menempati rangking 113 versi Forbes.
Yoshikazu Tanaka , kekayaan US$2,3 miliar
Penyelenggara game mobile ini mengatur situs donasi dengan cara membeli original avatar "Gree Volunteer" dengan100 hingga 10 ribu emas (mata uang Gree). Perusahaan jejaring sosial ini akan menyumbangkan 1 yen untuk setiap pembelian emas. Pada saat gempa, Gree telah digunakan untuk menkonfirmasi keselamatan banyak orang.
"Kami akan membuat setiap usaha dan tidak membiarkan layanan berhenti berjalan. Kami akan terus melihat kontribusi yang bisa kita buat" ujar Yoshikazu.
Pria berumur 34 ini menjadi orang terkaya di Jepang peringkat 14 dan urutan 540 orang kaya dunia.
Masatoshi Ito , kekayaan US$1,2 miliar
Menurut juru bicara perusahaan, gangguan logistik dan penimbunan pelanggan merupakan tantangan besar bagi raksasa ritel. Sekitar 350 dari 13.200 toko Seven Eleven tutup, paling banyak di timur laut. Beberapa tokonya yaitu Ito Yokado Supermarket menjual produk di luar ruangan, untuk digunakan sebagai tempat penampungan bagi pengungsi.
Perusahaan ini juga menyediakan 30 ribu botol air mineral 2 liter, 1.000 kue kering, 14 ton pisang, untuk Miyagi dan 1.728 botol mineral ukuran 2 liter air untuk Fukushima melalui transportasi darat dan helikopter serta 10 ribu selimut dan 4.800 kemasan beras (200 gram) untuk Miyagi dan Iwate, satu truk air untuk Miyagi, 4.225 roti untuk Fukushima. Semua tokonya juga digunakan untuk penggalangan dana.
Pria berumur 86 itu menempati urutan 12 orang terkaya di Jepang dan menduduki peringkat 488 orang kaya dunia. Ia merupakan pengusaha ritel Seven & I yang mengoperasikan 7 Eleven, supermarket yang dilengkapi dengan restoran.
Kentaro Ogaa, kekayaan US$530 juta
Awalnya tiga ratus lebih tokonya, Zensho, yang menyediakan lebih dari 3000 mangkuk daging sapi ini tutup, bahkan satu di Kesennuma tidak bisa dijangkau. Tim penanggulangan bencana datang ke lokasi tersebut untuk membantu menjaga restoran tetap buka. Zensho mematikan sebagian lampunya untuk menghemat energi. Ia menyediakan sup di Miyagi untuk 1.600 orang lebih banyak dari yang direncanakan.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Kunjungan Anda
Komentar Anda sangat Berarti Buat Kami
No Porno, No Sara...